Selasa, 11 Januari 2011

PUISI PATAH HATI


   Perih

Dukaku memuja dunia dengan indah
Lukaku memahat ukiran sejati
Biar tak seorangpun tau bahwa
aku kecewa pada kisahku
yang membawa perih
Apakah aku insan yang tak tau diri?
Hingga menganggap cinta dengan hati
bukan dengan mata
Merasakan cinta dengan perasaan
bukan dengan logika
Bahkan aku sampai kehilangan akal sehat
hingga membuatku tenggelam
pada kehancuran
dan kegalauan hidup
Perih yang ku rasa seakan tak sanggup kujalani
Aku patah dengan segenap sayap-sayap palsuku
Aku mati dengan segenap nyawaku yang rapuh
Tapi, tak kan ku tangisi karna inilah takdirku
Aku harus terbiasa dengan duka
Karena luka adalah duka
Dan duka adlah aku.

   Mengiris Hati
Perih yang mengiris
luka yang menyayat
hanya sepenggal kisah cinta
akhir cinta yang kecewa
bila tlah melekat di sukma
sgala bahagia yang hadir hanyalah perhiasan
dan bunga yang masih mekar
menundukkan kepala menahan beban
tersenyum di atas seluruh senyum sang taman
cinta… cinta.. cinta…
mencintai sang Cinta adalah yang paling abadi


Lukaku

Aku sedih dengan ukiran yang indah memuja akan dunia
Luka-luka yang memahat menusuk tapi tidak ada yang tahu bahwa aku kecewa dalam cerita 
Sampai untuk berpikir tentang cinta dengan hati bukan mata rasakan cinta 
untuk kehilangan akal sehat untuk membuat aku tenggelam dalam kesedihan dan kesunyian
seolah-olah aku pimpin tapi rusak dengan semua janji palsu membuat sayap ini patah dan mati aku menangis meratapi takdir dengan kesedihan cinta karena luka-luka yang memahat dan duka yang mendalam .


disaat terpikir tenteng dia
yang entah ada di mana
terkadang hati teriak dengan kehampaannya
mencari dan menunggu hati cintanya
ku menangis tanpa air mata
ku teriak tanpa suara
hanya merasakan sakitnya hati
begitu tersiksa menunggu yang di nanti
begitu berat melepaskan rasa ini
yang sudah merasuk dalam hati
mungkin bila aku nanti mati
sesalku akan abadi
akankah penantian ini berujung bahagia
ataukah hanya asa semata
tapi hatiku kan selalu tegar menghadapinya
walau akhirnya hanya membuat luka

Aku dan Sebungkus Rokok

 

Sepi
Hanya ada aku dan sebungkus angan berisi sederet tembakau kenangan
Satu demi satu, rindu dan sesal membakar rambut mereka Seakan sebuah dupa
Kepul asapnya adalah tarian hologram
Memproyeksikan bayang wajahmu hingga ke langit-langit kamarku
Apa akhir setiap kisah cinta seperti tembakau ini?
Bermetafora menjadi abu
Dan bangkainya terbengkalai pada pusara asbak berisi aksara tentang luka?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar